TUGAS PAPER MATA KULIAH
DASAR-DASAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
Dosen: Albert I Ketut Deni Wijaya, S.Pd, M.Min

PERAN KATEKESE BAGI KELUARGA
MENGENAI PERSOALAN LINGKUNGAN HIDUP



OLEH: GABRIEL SANDIKA RADYA
NPM: 172920


Pernyatan Integritas Akademik:
Penyusunan menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil karyanya sendiri,
dan bahwa catatan referensi yang jelas telah dituliskan
bagi setiap penggunaan pikiran atau tulisan orang lain.


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYA YUWANA MADIUN
2017 














  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
            Dewasa ini persoalan mengenai lingkungan hidup menjadi hal yang penting. Lingkungan hidup yang menjadi tempat bagi makhluk hidup untuk hidup, makhluk hidup meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Lingkungan hidup menjadi tempat bagi makhluk hidup untuk berkembang biak, makhluk hidup akan berkembang dengan baik jika lingkungan hidupnya juga dalam kondisi yang baik, sebaliknya jika kondisi lingkungan hidup kurang baik maka akan berpengaruh bagi semua makhluk yang hidup didalamnya. Bayangkan saja kita manusia hidup dalam kondisi lingkungan yang kurang baik semisal udara yang terkontaminasi zat-zat berbahaya akibat asap yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik, air yang tercemar begitu kotornya akibat sampah yang terus menumpuk, tanah yang tidak bisa ditanami tumbuhan akibat pencemaran limbah-limbah rumah tangga, maka manusia pun tidak dapat hidup dengan baik dan pastilah harapan hidup manusia semakin berkurang. Tak juga manusia saja, hewan dan tumbuhan juga akan menerima dampaknya, lambat laun secara pasti jika kerusakan lingkungan hidup terus terjadi maka bisa jadi semua makhluk hidup akan mengalami kepunahan.
            Gereja sebagai tanda dan sarana kehadiran Allah di dunia ini juga melihat bahwa persoalan mengenai lingkungan hidup harus dibenahi. Katekese sebagai sarana Gereja untuk mewartakan cinta kasih Allah bisa dipergunakan untuk mengatasi persoalan yang ada dalam lingkungan hidup. Katekese merupakan salah satu cara yang penting dari Gereja untuk menyadarkan manusia akan pentingya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Katekese ini dilakukan dalam berbagai macam cara agar manusia terlebih umat Kristiani tergerak untuk aktif dalam melestarikan dan merawat lingkungan hidup.
            Penulis ingin menjelaskan bahwa ketekese berperan penting mangatasi persoalan lingkungan hidup, sasaran utama katekese ini adalah keluarga yang mana keluarga adalah persekutuan umat beriman yang paling sederhana atau bisa disebut Gereja kecil. Keluarga dipandang sebagai pilar yang vital untuk menyokong gerakan katekese dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.


1.2.      Rumusan Masalah
            1.2.1.   Apa itu katekese?
            1.2.2.   Apa itu lingkungan hidup?
            1.2.3.   Apa persoalan yang ada dalam lingkungan hidup
1.2.4.   Apa hubungan katekese bagi keluarga dan lingkungan hidup?
1.2.5.   Bagaimana peran katekese bagi keluarga mengatasi persoalan lingkungan hidup?

1.3.      Tujuan
            1.3.1.   Mengetahui pengertian katekese.
            1.3.2.   Mengetahui pengertian lingkungan hidup.
            1.3.3.   Mengetahui persoalan yang ada dalam lingkungan hidup
1.3.4.   Mengetahui hubungan ketekese bagi keluarga dan lingkungan hidup.
1.3.5.   Mengetahui peran katekese bagi keluarga mangatasi persoalan lingkungan hidup.
           























BAB II
ISI

2.1.      Dasar Teori
            2.1.1.   Katekese
            Katekese merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tugas mewartakan Injil yang diamanatkan Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15). Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara sistemastis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Cathechesi Tradendae 18). Diambil dalam arti "tindakan pengajaran" dan "pengetahuan yang diberikan oleh pengajar", istilah ini identik dengan Katekismus. Kata Katekese (katechesis) berarti instruksi dari mulut ke mulut, terutama berupa tanya jawab. Meskipun mungkin berlaku untuk masalah-subjek apa saja, biasanya digunakan untuk instruksi dalam unsur-unsur agama, terutama persiapan untuk inisiasi ke dalam agama Kristen.
            Menurut Konsili Vatikan II Gereja adalah : “persekutuan orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus..., dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang” (Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, art 1). Penyampaian warta keselamatan Yesus Kristus kepada semua orang antara lain dilaksanakan melalui Katekese. Paus Paulus VI menyatakan dalam Ensiklik tentang pewartaan Injil, Evangelii Nuntiandi: “Melalui pelajaran agama yang sistematis, akal budi dibina dengan ajaran-ajaran dasar, kenyataan yang terkandung di dalam kebenaran yang disampaikan Allah kepada kita, agar dicamkan oleh ingatan dan diolah hati sedemikian sehingga merasuki kehidupan... juga dengan menggunakan media komunikasi sosial yang dapat menjangkau sejumlah besar, menyapa secara pribadi dan sekaligus mengundang komitmen yang sepenuhnya bersifat pribadi” (Evangelii Nuntiandi, 43-45).
Sinode Para Uskup pada tahun 1977 secara istimewa menaruh perhatian pada katekese di dunia modern. Ditegaskan bahwa katekese merupakan suatu bentuk kegiatan Gereja yang tetap dan mendasar, bentuk pewartaan Injil yang menampilkan ciri kenabian Gereja, di mana kesaksian dan pengajaran berlangsung serentak. Makin perlu diusahakan pelbagai bentuk katekese dan aneka bidangnya, antara lain katekese anak-anak oleh orang tua mereka (Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis, 1979, art 19 al. 5-6).
Sidang Federasi Konferensi Para Uskup Asia (FABC) V di Lembang pada tahun 1990 memberi arah katekese sebagai kesaksian, “pewartaan melalui perbuatan yang menyerupai perbuatan Kristus sendiri”. Ini menampilkan suatu tantangan mewujudkan katekese yang dapat membantu umat agar menghayati iman dengan hidup berbaur dalam masyarakat, peka akan kehadiran Allah dalam kebudayaan setempat dan tradisi agama lain, tanggap dan terlibat dengan pelbagai masalah sosial dan memberi kesaksian tentang Yesus Kristus dan Kerajaan Allah melalui kebersamaan, solidaritas, berbagi rasa dan perkataan.

2.1.2.   Lingkungan Hidup
Definisi lingkungan hidup Indonesia
            Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesiamenyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.

2.1.3.   Persoalan Lingukungan Hidup
Permasalahan Sungai Yang Tercemar
Selama 5 tahun belakangan ini, setidaknya 64 dari 470 daerah aliran sungai mengalami kondisi yang kritis, hal ini disebbakan oleh beberapa hal seperti: limbah industri yang terkandung berbagai macam zat kimia di dalamnya, limbah domestik seperti limbah rumah tangga yang secara sengaja dibuang ke sungai, limbah pertanian.
Kerusakan Hutan
Masalah lainnya yang cukup besar adalah mengenai kerusakan hutan. Mulai dari penebangan liar, penggundulan hutan, hingga baru-baru ini terjadi yaitu pembakaran hutan menjadi penyebab dari kerusakan hutan yang ada. Tentu saja jika hal ini dibiarkan terus menerus, akan menyebabkan berkurangnya kawasan hutan dan berakibat pada ketidakstabilan ekosistem.
Banjir
Fenomena ini sudah sering terjadi di sekitar kita, bahkan di kota-kota besar sendiri pun sudah menjadi aktivitas rutin yang harus dihadapi. Bahkan tak hanya pada musim hujan, pada musim kemarau sekalipun banjir bisa saja terjadi beberapa wilayah. Hal ini dikarenakan  sistem pembuangan air yang salah dan tidak adanya penjagaan pada daerah aliran sungai.
Abrasi
Kegiatan-kegiatan seperti pengambilan pasir pantai, karang, serta perusakan hutan-hutan bakau menjadi penyebab abrasi yang nantinya berkaitan dengan kerusakan laut dan pantai. Tentu saja jika dibiarkan terus menerus, maka kelestarian laut dan pantai di Indonesia semakin berkurang. Apalagi wilayah Indonesia sebagaian besar merupakan lautan.
Pencemaran Udara
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak industri dan transportasi yang ada saat ini. Meskipun hal ini merupakan sebuah kemajuan, namun nyatanya memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan karena menyebabkan terjadi pencemaran udara.  Hal ini berpengaruh pada faktor penghambat perubahan sosial budaya terhadap pasokan udara bersih yang semakin berkurang.
Menurunnya Keanekaragaman Hayati
Dampak lanjutan dari kerusakan hutan tersebut bisa menjadi penyebab menurunnya keaneka ragaman hayati yang ada di Indonesia. Bahkan tak hanya itu saja, banyak sekali alat komunikasi zaman sekarang menjadi informasi pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai barang jual beli membuat hewan dan tumbuhan menjadi berkurang bahkan punah.


Pencemaran Tanah
Tak hanya air dan udara saja yang dapat tercemar, namun tanah juga bisa tercemar dengan bahan-bahan yang dapat merusak kualitas tanah. Permasalahan lingkungan hidup Biasanya hal ini terjadi akibat pengambilan tambang yang berlebihan, pembuangan sampah-sampah yang sulit diuraikan, dan masih banyak lainnya.
Permasalahan Sampah Yang Menumpuk
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, membuat tingkat konsumsi meningkat dan akhirnya membuat jumlah sampah semakinbanyak dan meningkat. Hal ini lah yang menjadi permasalahan di lingkungan hidup yang terus ada, karena belum adanya solusi untuk menganggulanginya. Hal ini tentunya membuat lingkungan menjadi kotor dan tentu saja merugikan lingkungan.
Rusaknya Ekosistem Laut
Pengambilan ikan yang masih menggunakan bahan kimia dan bahan peledak masih menjadi tradisi bagi beberapa nelayan di Indonesia. Tentu saja ini merusak ekosistem laut, termasuk terumbu karang. Seperti yang adan ketahui sendiri, terumbu karang menjadi potensi alam di Indonesia. Untuk mengatasi ini, pentingnya peran pemerintah untuk mengetatkan peraturan mengenai larangan pemakaian peledak dan bahan kimia.
Pencemaran Air Tanah
Masalah lainnya yang sering terjadi di Indonesia adalah pencemaran air tanah. Masalah ini seringkali tentu saja menyebabkan berbagai jenis biota air menjadi rusak, mengancam kesehatan penduduk di sekitar sumber air, banjir, langkanya air bersih, dan masih banyak lainnya.
Pemanasan Global
Masalah ini sepertinya tak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di berbagai negara-negara di dunia. Bahkan dampak pemanasan global sudah mulai terlihat di daerah kutub yang mulai mencair sehingga menyebabkan ketidak seimbangan lingkungan. Untuk mengatasi pemanasan global, tentu saja anda harus mengurangi penggunaan gas-gas kimia yang bisa merusak lapisan ozon dan atmosfer seperti gas freon yang ada pada AC atau pendingin udara.
Langkanya Air
Berbeda dengan banjir, masalah yang satu ini justru membuat air semakin langka didapat. Hal ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Sehingga membuat dampak macam-macam bencana alam dan kelaparan dan kekeringan terjadi. Untuk mengatasi hal ini, pentingnya kerja sama antara pemerintah dan warga untuk membangun sumber-sumber air baru, mereboisasi hutan, dan hal lainnya yang membantu pengadaan sumber air.
Pencemaran Suara
Hal lainnya yang seringkali terjadi di Indonesia adalah mengenai pencemaran suara. Yang dimaksud dengan pencemaran suara disini adalah ketika banyaknya bunyi atau suara yang tak diinginkan masuk ke dalam pemukiman warga. Hal ini bisa sangat menganggu aktifitas manusia dan bahkan mengganggu perkembangan psikologis. Untuk mengatasinya, tentu saja dengan meredam kebisingan yang tak diinginkan, baik itu yang berasal dari transportasi, pembangunan, elektronik, dan lainnya.
Berkurangnya Daerah Resapan Air
Pembangunan yang semakin meningkat di kota-kota besar membuat daerah resapan air menjadi berkurang. Hal ini tentu saja membuat banjir menjadi keragaman suku bangsa dan budaya sering melanda daerah-daerah tersebut. Untuk itu pentingnya peran pemerintah untuk menganggulangi pembangunan-pembangunan agar tak mengurangi daerah resapan air. Selain itu, pembangunan taman-taman kota sangat penting dilakukan.
 Bangunan-Bangunan Liar dan Kumuh
Hal ini sepertinya sering terjadi di kota-kota besar. Banyaknya masyarakat serta daerah pemukiman yang sedikit membuat bangunan liar dan kumuh ini merajalela di setaip sudut kota. Tentu saja hal ini menjadikan pemandangan kota semakin kotor, kumuh, dan tak terawat. Untuk mengatasi ini tentu saja harus ada pengurangan mengenai warga-warga yang berdatangan untuk menetap di kota besar, pembuatan tempat tinggal/rusun, dan lainnya.

2.2.      Pembahasan
            2.2.1.   Hubungan Katekese Bagi Keluarga Dan Lingkungan Hidup
            Ruang lingkup keluarga untuk hidup dan tinggal adalah lingkungan hidupnya sendiri yaitu rumah. Setiap keluarga hidup dan tinggal di rumah yang memiliki lingkungan disekitar rumah berupa jalan, tanah lapang, halaman, kebun, sungai dan sebagainya. Sebagai titik utama persoalan dalam keluarga mengenai lingkungan hidup yakni kepedulian setiap keluarga terhadap lingkungan hidupnya. Kerap kali sebagian besar keluarga-keluarga tidak peduli terhadap lingkungan hidupnya contohnya saja keluarga-keluarga yang tinggal di pinggir sungai, tidak menutup kemungkinan mereka kerap membuang sampah-sampah ke sungai, ada juga keluarga-keluarga yang kurang peduli terhadap jalan di depan rumah mereka, kerap terjadi banjir karena selokan yang tersumbat oleh sampah yang sebelumnya ada di jalan-jalan lalu bergerak menuju selokan bisa disengaja oleh ulah manusia atau karena faktor alam, ada juga keluarga-keluarga yang menimbun sampah-sampah yang sulit diuraikan seperti plastik di tanah kosong seperti halaman atau belakang rumah dan hal ini akan mengakibatkan tanah tempat sampah itu di timbun menjadi rusak, dan masih banyak contoh lainnya mengenai keburukan yang dilakukan keluarga-keluarga terhadap lingkungan hidupnya.
            Katekese sebagai sarana pewartaan Gereja mengenai persoalan yang dihadapi jemaat-jemaat, menjadi penting dalam hal ini dan berhubungan erat dengan masalah-masalah sehari-hari jemaat, terlebih disini persoalan itu mengenai lingkungan hidup dalam keluarga. Katekese dapat dihubungkan dengan lingkungan hidup yakni Gereja sebagai tanda dan sarana cinta kasih Allah menunjukkan cinta kasihnya melalui pewartaan yang mana warta itu di imani sebagai rahmat dari Tuhan Allah sendiri dalam menyadarkan dan memberi nasehat keluarga-keluarga agar lebih peduli terhadap lingkungan hidupnya.
            Dalam Ensiklik Laudato Si di BAB I APA YANG TERJADI DI RUMAH KITA BERSAMA No.22 “Masalah-masalah ini berkaitan erat dengan budaya ‘membuang’ yang menyangkut baik orang yang dikucilkan maupun barang yang cepat disingkirkan menjadi sampah. Hendaknya kita menyadari, misalnya, bahwa sebagian besar kertas yang diproduksi, terbuang dan tidak didaur ulang. Sulit bagi kita untuk mengakui bahwa cara kerja ekosistem alamiah memberi kita teladan: tanaman menyatukan pelbagai bahan yang memberi makan kepada herbivora; mereka ini pada gilirannya menjadi makanan bagi karnivora, yang menghasilkan berlimpah sampah organic untuk menumbuhkan generasi baru tanaman. Tetapi sistem industri kita, di akhir siklus produksi dan konsumsi, belum mengembangkan kapasitas untuk menyerap dan menggunakan kembali limbah serta produk sampingan. Kita belum berhasil mengadopsi model produksi yang melingkar, yang mampu melestarikan sumber-sumber daya untuk generasi sekarang dan masa depan, dengan membatasi sebanyak mungkin penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan, meminimalkan penggunaannya, memaksimalkan penggunaan yang efisien, dengan cara penggunaan kembali dan daur ulang. Memberi perhatian serius kepada masalah-masalah ini menjadi salah satu cara menangkal budaya ‘membuang’ yang akhirnya mempengaruhi seluruh planet. Namun kita harus mengakui bahwa kemajuan dalam hal ini masih jauh dari cukup.” ­– Dalam kutipan artikel tersebut jelaslah dikatakan industri kita adalah rumah tangga kita yakni keluarga. Budaya membuaang yang telah dilakukan akan merusak keanekaragaman hayati. Maka dari itu katekese bagi keluarga penting agar keluarga dapat senantiasa menghargai lingkungan hidupnya, nah itulah hubungan antara katekese bagi keluarga dan lingkungan hidup.
           
            2.2.2.   Peran Katekese Bagi Keluarga Mangatasi Persoalan Lingkungan Hidup
Dalam Ensiklik Laudato Si BAB VI PENDIDIKAN DAN SPIRITUALITAS EKOLOGIS No.202 “Banyak hal yang harus diarahkan kembali, tetapi terutama umat manusia harus berubah. Yang dibutuhkan ialah kesadaran pada asal kita bersama, pada rasa saling memiliki, dan pada masa depan yang harus dibagi dengan semua makhluk. Kesadaran mendasar ini dapat memungkinkan pengembangan keyakinan, sikap, dan bentuk kehidupan yang baru. Jadi kita berhadapan dengan suatu tantangan budaya, spiritual dan pendidikan yang besar, yang akan membutuhkan proses pembaruan yang panjang.” - Pada dasarnya harus ada perubahan yang dilakukan terutama bagi keluarga-keluarga. Perubahan akan kesadaran dan budaya yang selama ini salah kaprah yang mana manusia kurang menghargai lingkungan hidupnya. Disinilah katekese bagi keluarga berperan merubah kesadaran dan budaya salah selama ini.
Artikel selanjutnya No. 210 “Pendidikan lingkungan setahap demi setahap telah memperluas targetnya. Jika pada awalnya sangat terfokus pada informasi ilmiah, peningkatan kesadaran, dan pencegahan risiko untuk lingkungan, sekarang pendidikan itu cenderung mencakup kritik terhadap “mitos” modernitas (individualisme, kemajuan tanpa batas, persaingan, konsumerisme, pasar tanpa aturan) yang didasarkan pada cara pikir utilitarian. Pendidikan itu cenderung memperhatikan berbagai tingkat keseimbangan ekologis: di tingkat internal dengan dirinya sendiri, di tingkat sosial dengan orang lainnya, di tingkat alami dengan semua makhluk hidup, dan di tingkat spiritual dengan Allah. Pendidikan lingkungan harus mempersiapkan kita melakukan lompatan ke “Misteri” yang memberi etika lingkungan maknanya yang terdalam. Selain itu, para pendidik harus mampu mengembangkan jalur-jalur pedagogis bagi etika ekologis, sehingga membantu orang secara efektif bertumbuh dalam solidaritas, dalam tanggung jawab, dan dalam perawatan penuh kasih.” – Setelah kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai manusia dalam setiap keluarga untuk untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya, katekese memberikan pendidikan ekologis mengenai lingkungan hidup. Pendidikan ini akan membuat keluarga-keluarga ikut berpikir dan mendapat banyak ilmu mengenai lingkungan hidup yang telah mengalami kerusakan selama ini. Mendapatkan pengetahuan secara ilmiah mengenai dampak-dampak akibat budaya membuang yang selama ini menjadi kebiasaan sehari-hari. Maka dengan pendidikan kesadaran akan mencapai kepenuhannya karena pengatahuan yang didapat.
Setelah keluarga mencapai kesadaran penuh karena pengetahuan maka selanjutnya adalah pertobatan, yakni pertobatan ekologis. Katekese berperan mengajak setiap keluarga untuk bertobat dan tidak melakukan budaya yang salah yang berdapak apada kerusakan lingkungan hidup. Pertobatan ini adalah kelanjutan dari proses kesadaran dan pengetahuan yang mana pertobatan adalah sebagai aksi nyata terhadap lingkungan hidup untuk merawat dan melestarikannya, karena makhluk hidup tak hanya manusia namun ada hewan dan tumbuhan yang juga tinggal dalam lingkungan hidup maka manusia juga harus menghargai sesama ciptaan.




















BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
            Dari keseluruhan bahasan peran katekese bagi keluarga mengenai persoalan  lingkungan hidup dapat disimpulkan bahwa Gereja turut aktif ikut serta untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup lewat katekese dan sasaran utamanya adalah keluarga, karena keluarga dipandang sebagai persekutuan umat Allah yang paling kecil atau bisa disebut Gereja kecil yang menjadi pondasi dalam Gereja. Katekese memberikan kesadaran dan pengetahuan bagi keluarga akan pentingnya merawat dan melestarikan lingkungan hidup serta mengajak setiap keluarga untuk bertobat, yakni sebuah pertobatan ekologis sebagai kelanjutan akan kesadaran dan pengetahuan melalui aksi nyata merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Jika semua keluarga mulai mempraktekkan gaya hidup yang baru untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup maka lingkungan hidup akan terjaga dan kerusakan-kerusakan lingkungan hidup akan terhindarkan.

3.2.      Refleksi
            Saya sebagai anak dalam anggota keluarga juga menyadari akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup terlebih di rumah saya. Saya mengingat pengalaman saya ketika masih SD dan SMP, waktu itu keluarga saya belum menyadari betul artinya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Rumah saya berada dekat pinggir sungai jadi saat itu sampah rumah tangga yang dihasilkan dibuang saja ke sungai. Beberapa sampah lainnya di timbun saja di sungai dan hail ini membuat lingkungan di sekitar rumah kami menjadi kotor. Namun ketika saya beranjak SMA keluarga saya mulai menyadari akan menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Sejak saat itu ibu saya melarang saya membuang sampah di sungai dan di sembarang tempat, sampah-sampah ini mulai dikumpulkan dan di bakar. Sampah organic dan anorganik dipisahkan. Keluarga saya saat ini telah menjadi sadar dan lewat pengetahuan akan kerusakan lingkungan hidup menjadikan kami bertobat dan melakukan aksi nyata yakni membuang sampah pada tempatnya serta mengolah sampah mana yang masih bisa diolah untuk dijadikan pupuk.
            Lewat pengalaman saya ini, saya menyadari bahwa Allah senantiasa hadir untuk mengingatkan saya bahwa menjaga dan melestarikan lingkungan hidup itu penting. Lewat pengalaman sederhana saja, ketika di jalan atau dimanapun saya berada saat melihat sampah secara refleks saya mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah. Saya menghayati pengalaman ini bahwa Allah menggerakkan saya untuk menjaga lingkunngan tetap bersih. Saya bersyukur saya telah disadarkan dan bertobat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Semoga saya kedepannya terus mempraktekkan gaya hidup yang baik menghargai lingkungan hidup saya.

























DAFTAR PUSTAKA

Paus Fransiskus. LAUDATO SI (Terpujilah Engkau). 2015. KWI: Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Katekese (diakses tanggal 20 November 2017)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup (diakses tanggal 20 November 2017)
https://materiips.com/permasalahan-lingkungan-hidup (diakses tanggal 20 November 2017)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAHAN KATEKESE DEWASA "Menghayati Perayaan Ekaristi"

TOR Tawaran Rekoleksi Remaja Katolik