TUGAS PAPER
MATA KULIAH
DASAR-DASAR
PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
Dosen: Albert
I Ketut Deni Wijaya, S.Pd, M.Min
PERAN
KATEKESE BAGI KELUARGA
MENGENAI
PERSOALAN LINGKUNGAN HIDUP

OLEH: GABRIEL
SANDIKA RADYA
NPM:
172920
Pernyatan
Integritas Akademik:
Penyusunan
menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil karyanya sendiri,
dan
bahwa catatan referensi yang jelas telah dituliskan
bagi
setiap penggunaan pikiran atau tulisan orang lain.
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYA YUWANA MADIUN
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa
ini persoalan mengenai lingkungan hidup menjadi hal yang penting. Lingkungan
hidup yang menjadi tempat bagi makhluk hidup untuk hidup, makhluk hidup
meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan sebagainya. Lingkungan hidup menjadi
tempat bagi makhluk hidup untuk berkembang biak, makhluk hidup akan berkembang
dengan baik jika lingkungan hidupnya juga dalam kondisi yang baik, sebaliknya
jika kondisi lingkungan hidup kurang baik maka akan berpengaruh bagi semua
makhluk yang hidup didalamnya. Bayangkan saja kita manusia hidup dalam kondisi
lingkungan yang kurang baik semisal udara yang terkontaminasi zat-zat berbahaya
akibat asap yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik, air yang tercemar begitu
kotornya akibat sampah yang terus menumpuk, tanah yang tidak bisa ditanami
tumbuhan akibat pencemaran limbah-limbah rumah tangga, maka manusia pun tidak
dapat hidup dengan baik dan pastilah harapan hidup manusia semakin berkurang.
Tak juga manusia saja, hewan dan tumbuhan juga akan menerima dampaknya, lambat
laun secara pasti jika kerusakan lingkungan hidup terus terjadi maka bisa jadi
semua makhluk hidup akan mengalami kepunahan.
Gereja
sebagai tanda dan sarana kehadiran Allah di dunia ini juga melihat bahwa
persoalan mengenai lingkungan hidup harus dibenahi. Katekese sebagai sarana
Gereja untuk mewartakan cinta kasih Allah bisa dipergunakan untuk mengatasi
persoalan yang ada dalam lingkungan hidup. Katekese merupakan salah satu cara
yang penting dari Gereja untuk menyadarkan manusia akan pentingya menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup. Katekese ini dilakukan dalam berbagai macam cara
agar manusia terlebih umat Kristiani tergerak untuk aktif dalam melestarikan
dan merawat lingkungan hidup.
Penulis
ingin menjelaskan bahwa ketekese berperan penting mangatasi persoalan
lingkungan hidup, sasaran utama katekese ini adalah keluarga yang mana keluarga
adalah persekutuan umat beriman yang paling sederhana atau bisa disebut Gereja
kecil. Keluarga dipandang sebagai pilar yang vital untuk menyokong gerakan
katekese dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa itu katekese?
1.2.2. Apa itu lingkungan hidup?
1.2.3. Apa persoalan yang ada dalam lingkungan hidup
1.2.4. Apa hubungan katekese bagi keluarga dan
lingkungan hidup?
1.2.5. Bagaimana peran katekese bagi keluarga
mengatasi persoalan lingkungan hidup?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian katekese.
1.3.2. Mengetahui pengertian lingkungan hidup.
1.3.3. Mengetahui persoalan yang ada dalam
lingkungan hidup
1.3.4. Mengetahui hubungan ketekese bagi keluarga
dan lingkungan hidup.
1.3.5. Mengetahui peran katekese bagi keluarga
mangatasi persoalan lingkungan hidup.
BAB
II
ISI
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Katekese
Katekese merupakan salah satu
bentuk pelaksanaan tugas mewartakan Injil yang diamanatkan Yesus Kristus (Mat
28:19-20; Mrk 16:15). Katekese adalah
pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, khususnya
mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara sistemastis,
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen
(Cathechesi Tradendae 18). Diambil dalam arti "tindakan pengajaran"
dan "pengetahuan yang diberikan oleh pengajar", istilah ini identik
dengan Katekismus. Kata Katekese (katechesis)
berarti instruksi dari mulut ke mulut, terutama berupa tanya jawab. Meskipun
mungkin berlaku untuk masalah-subjek apa saja, biasanya digunakan untuk
instruksi dalam unsur-unsur agama, terutama persiapan untuk inisiasi ke dalam
agama Kristen.
Menurut Konsili Vatikan II Gereja adalah :
“persekutuan orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus..., dan telah menerima
warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang” (Konstitusi
Pastoral Gaudium et Spes, art 1). Penyampaian warta
keselamatan Yesus Kristus kepada semua orang antara lain dilaksanakan melalui
Katekese. Paus Paulus VI menyatakan dalam Ensiklik tentang pewartaan
Injil, Evangelii Nuntiandi: “Melalui pelajaran agama
yang sistematis, akal budi dibina dengan ajaran-ajaran dasar, kenyataan yang
terkandung di dalam kebenaran yang disampaikan Allah kepada kita, agar dicamkan
oleh ingatan dan diolah hati sedemikian sehingga merasuki kehidupan... juga
dengan menggunakan media komunikasi sosial yang dapat menjangkau sejumlah
besar, menyapa secara pribadi dan sekaligus mengundang komitmen yang sepenuhnya
bersifat pribadi” (Evangelii Nuntiandi, 43-45).
Sinode Para
Uskup pada tahun 1977 secara istimewa menaruh perhatian pada katekese di dunia
modern. Ditegaskan bahwa katekese merupakan suatu bentuk kegiatan Gereja yang
tetap dan mendasar, bentuk pewartaan Injil yang menampilkan ciri kenabian
Gereja, di mana kesaksian dan pengajaran berlangsung serentak. Makin perlu
diusahakan pelbagai bentuk katekese dan aneka bidangnya, antara lain katekese
anak-anak oleh orang tua mereka (Ensiklik Paus Yohanes Paulus II, Redemptor
Hominis, 1979, art 19 al. 5-6).
Sidang Federasi
Konferensi Para Uskup Asia (FABC) V di Lembang pada tahun 1990
memberi arah katekese sebagai kesaksian, “pewartaan melalui perbuatan yang
menyerupai perbuatan Kristus sendiri”. Ini menampilkan suatu tantangan
mewujudkan katekese yang dapat membantu umat agar menghayati iman dengan hidup
berbaur dalam masyarakat, peka akan kehadiran Allah dalam kebudayaan setempat
dan tradisi agama lain, tanggap dan terlibat dengan pelbagai masalah sosial dan
memberi kesaksian tentang Yesus Kristus dan Kerajaan Allah melalui kebersamaan,
solidaritas, berbagi rasa dan perkataan.
2.1.2. Lingkungan
Hidup
Definisi lingkungan hidup Indonesia
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup
lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan
yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan
unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka
lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang
menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan
kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya,
tempat bangsa Indonesiamenyelenggarakan
kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam
menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia
adalah Wawasan Nusantara.
2.1.3. Persoalan
Lingukungan Hidup
Permasalahan
Sungai Yang Tercemar
Selama 5 tahun belakangan ini, setidaknya 64 dari 470 daerah
aliran sungai mengalami kondisi yang kritis, hal ini disebbakan oleh beberapa
hal seperti: limbah industri yang terkandung berbagai macam zat kimia di
dalamnya, limbah domestik seperti limbah rumah tangga yang secara sengaja
dibuang ke sungai, limbah pertanian.
Kerusakan Hutan
Masalah lainnya yang cukup besar adalah mengenai kerusakan
hutan. Mulai dari penebangan liar, penggundulan hutan, hingga baru-baru ini
terjadi yaitu pembakaran hutan menjadi penyebab dari kerusakan hutan yang ada.
Tentu saja jika hal ini dibiarkan terus menerus, akan menyebabkan berkurangnya
kawasan hutan dan berakibat pada ketidakstabilan ekosistem.
Banjir
Fenomena ini sudah sering terjadi di
sekitar kita, bahkan di kota-kota besar sendiri pun sudah menjadi aktivitas
rutin yang harus dihadapi. Bahkan tak hanya pada musim hujan, pada musim
kemarau sekalipun banjir bisa saja terjadi beberapa wilayah. Hal ini
dikarenakan sistem pembuangan air yang salah dan tidak adanya penjagaan
pada daerah aliran sungai.
Abrasi
Kegiatan-kegiatan seperti pengambilan pasir
pantai, karang, serta perusakan hutan-hutan bakau menjadi penyebab abrasi yang
nantinya berkaitan dengan kerusakan laut dan pantai. Tentu saja jika dibiarkan
terus menerus, maka kelestarian laut dan pantai di Indonesia semakin berkurang.
Apalagi wilayah Indonesia sebagaian besar merupakan lautan.
Pencemaran Udara
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin
banyak industri dan transportasi yang ada saat ini. Meskipun hal ini merupakan
sebuah kemajuan, namun nyatanya memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan
karena menyebabkan terjadi pencemaran udara. Hal ini berpengaruh
pada faktor
penghambat perubahan sosial budaya terhadap pasokan udara
bersih yang semakin berkurang.
Menurunnya
Keanekaragaman Hayati
Dampak lanjutan dari kerusakan hutan
tersebut bisa menjadi penyebab menurunnya keaneka ragaman hayati yang ada di
Indonesia. Bahkan tak hanya itu saja, banyak sekali alat
komunikasi zaman sekarang menjadi informasi pengambilan
flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai barang jual beli membuat hewan
dan tumbuhan menjadi berkurang bahkan punah.
Pencemaran Tanah
Tak hanya air dan udara saja yang dapat
tercemar, namun tanah juga bisa tercemar dengan bahan-bahan yang dapat merusak
kualitas tanah. Permasalahan lingkungan hidup Biasanya hal ini terjadi akibat
pengambilan tambang yang berlebihan, pembuangan sampah-sampah yang sulit
diuraikan, dan masih banyak lainnya.
Permasalahan
Sampah Yang Menumpuk
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, membuat tingkat
konsumsi meningkat dan akhirnya membuat jumlah sampah semakinbanyak dan meningkat.
Hal ini lah yang menjadi permasalahan di lingkungan hidup yang terus ada,
karena belum adanya solusi untuk menganggulanginya. Hal ini tentunya membuat
lingkungan menjadi kotor dan tentu saja merugikan lingkungan.
Rusaknya
Ekosistem Laut
Pengambilan ikan yang masih menggunakan bahan kimia dan bahan
peledak masih menjadi tradisi bagi beberapa nelayan di Indonesia. Tentu saja
ini merusak ekosistem laut, termasuk terumbu karang. Seperti yang adan ketahui
sendiri, terumbu karang menjadi potensi alam di Indonesia. Untuk mengatasi ini,
pentingnya peran pemerintah untuk mengetatkan peraturan mengenai larangan pemakaian
peledak dan bahan kimia.
Pencemaran Air
Tanah
Masalah lainnya yang sering terjadi di
Indonesia adalah pencemaran air tanah. Masalah ini seringkali tentu saja
menyebabkan berbagai jenis biota air menjadi rusak, mengancam kesehatan
penduduk di sekitar sumber air, banjir, langkanya air bersih, dan masih banyak
lainnya.
Pemanasan Global
Masalah ini sepertinya tak hanya terjadi di
Indonesia saja, namun juga di berbagai negara-negara di dunia. Bahkan dampak
pemanasan global sudah mulai terlihat di daerah kutub yang mulai mencair
sehingga menyebabkan ketidak seimbangan lingkungan. Untuk mengatasi pemanasan
global, tentu saja anda harus mengurangi penggunaan gas-gas kimia yang bisa
merusak lapisan ozon dan atmosfer seperti gas freon yang ada pada AC atau pendingin
udara.
Langkanya Air
Berbeda dengan banjir, masalah yang satu
ini justru membuat air semakin langka didapat. Hal ini terjadi di beberapa
wilayah Indonesia. Sehingga membuat dampak macam-macam bencana alam dan kelaparan
dan kekeringan terjadi. Untuk mengatasi hal ini, pentingnya kerja sama antara
pemerintah dan warga untuk membangun sumber-sumber air baru, mereboisasi hutan,
dan hal lainnya yang membantu pengadaan sumber air.
Pencemaran Suara
Hal lainnya yang seringkali terjadi di
Indonesia adalah mengenai pencemaran suara. Yang dimaksud dengan pencemaran
suara disini adalah ketika banyaknya bunyi atau suara yang tak diinginkan masuk
ke dalam pemukiman warga. Hal ini bisa sangat menganggu aktifitas manusia dan
bahkan mengganggu perkembangan psikologis. Untuk mengatasinya, tentu saja
dengan meredam kebisingan yang tak diinginkan, baik itu yang berasal dari
transportasi, pembangunan, elektronik, dan lainnya.
Berkurangnya
Daerah Resapan Air
Pembangunan yang semakin meningkat di
kota-kota besar membuat daerah resapan air menjadi berkurang. Hal ini tentu
saja membuat banjir menjadi keragaman
suku bangsa dan budaya sering melanda daerah-daerah tersebut.
Untuk itu pentingnya peran pemerintah untuk menganggulangi
pembangunan-pembangunan agar tak mengurangi daerah resapan air. Selain itu,
pembangunan taman-taman kota sangat penting dilakukan.
Bangunan-Bangunan Liar dan Kumuh
Hal ini sepertinya sering terjadi di
kota-kota besar. Banyaknya masyarakat serta daerah pemukiman yang sedikit
membuat bangunan liar dan kumuh ini merajalela di setaip sudut kota. Tentu saja
hal ini menjadikan pemandangan kota semakin kotor, kumuh, dan tak terawat.
Untuk mengatasi ini tentu saja harus ada pengurangan mengenai warga-warga yang
berdatangan untuk menetap di kota besar, pembuatan tempat tinggal/rusun, dan lainnya.
2.2. Pembahasan
2.2.1. Hubungan Katekese Bagi Keluarga Dan
Lingkungan Hidup
Ruang
lingkup keluarga untuk hidup dan tinggal adalah lingkungan hidupnya sendiri
yaitu rumah. Setiap keluarga hidup dan tinggal di rumah yang memiliki
lingkungan disekitar rumah berupa jalan, tanah lapang, halaman, kebun, sungai
dan sebagainya. Sebagai titik utama persoalan dalam keluarga mengenai
lingkungan hidup yakni kepedulian setiap keluarga terhadap lingkungan hidupnya.
Kerap kali sebagian besar keluarga-keluarga tidak peduli terhadap lingkungan
hidupnya contohnya saja keluarga-keluarga yang tinggal di pinggir sungai, tidak
menutup kemungkinan mereka kerap membuang sampah-sampah ke sungai, ada juga
keluarga-keluarga yang kurang peduli terhadap jalan di depan rumah mereka,
kerap terjadi banjir karena selokan yang tersumbat oleh sampah yang sebelumnya
ada di jalan-jalan lalu bergerak menuju selokan bisa disengaja oleh ulah
manusia atau karena faktor alam, ada juga keluarga-keluarga yang menimbun
sampah-sampah yang sulit diuraikan seperti plastik di tanah kosong seperti
halaman atau belakang rumah dan hal ini akan mengakibatkan tanah tempat sampah
itu di timbun menjadi rusak, dan masih banyak contoh lainnya mengenai keburukan
yang dilakukan keluarga-keluarga terhadap lingkungan hidupnya.
Katekese
sebagai sarana pewartaan Gereja mengenai persoalan yang dihadapi jemaat-jemaat,
menjadi penting dalam hal ini dan berhubungan erat dengan masalah-masalah
sehari-hari jemaat, terlebih disini persoalan itu mengenai lingkungan hidup
dalam keluarga. Katekese dapat dihubungkan dengan lingkungan hidup yakni Gereja
sebagai tanda dan sarana cinta kasih Allah menunjukkan cinta kasihnya melalui
pewartaan yang mana warta itu di imani sebagai rahmat dari Tuhan Allah sendiri
dalam menyadarkan dan memberi nasehat keluarga-keluarga agar lebih peduli
terhadap lingkungan hidupnya.
Dalam Ensiklik Laudato Si di BAB I
APA YANG TERJADI DI RUMAH KITA BERSAMA No.22 “Masalah-masalah ini berkaitan
erat dengan budaya ‘membuang’ yang menyangkut baik orang yang dikucilkan maupun
barang yang cepat disingkirkan menjadi sampah. Hendaknya kita menyadari,
misalnya, bahwa sebagian besar kertas yang diproduksi, terbuang dan tidak
didaur ulang. Sulit bagi kita untuk mengakui bahwa cara kerja ekosistem alamiah
memberi kita teladan: tanaman menyatukan pelbagai bahan yang memberi makan
kepada herbivora; mereka ini pada gilirannya menjadi makanan bagi karnivora,
yang menghasilkan berlimpah sampah organic untuk menumbuhkan generasi baru
tanaman. Tetapi sistem industri kita, di akhir siklus produksi dan konsumsi,
belum mengembangkan kapasitas untuk menyerap dan menggunakan kembali limbah
serta produk sampingan. Kita belum berhasil mengadopsi model produksi yang
melingkar, yang mampu melestarikan sumber-sumber daya untuk generasi sekarang
dan masa depan, dengan membatasi sebanyak mungkin penggunaan sumber daya yang
tidak terbarukan, meminimalkan penggunaannya, memaksimalkan penggunaan yang
efisien, dengan cara penggunaan kembali dan daur ulang. Memberi perhatian
serius kepada masalah-masalah ini menjadi salah satu cara menangkal budaya
‘membuang’ yang akhirnya mempengaruhi seluruh planet. Namun kita harus mengakui
bahwa kemajuan dalam hal ini masih jauh dari cukup.” – Dalam kutipan artikel
tersebut jelaslah dikatakan industri kita adalah rumah tangga kita yakni
keluarga. Budaya membuaang yang telah dilakukan akan merusak keanekaragaman
hayati. Maka dari itu katekese bagi keluarga penting agar keluarga dapat
senantiasa menghargai lingkungan hidupnya, nah itulah hubungan antara katekese
bagi keluarga dan lingkungan hidup.
2.2.2. Peran Katekese Bagi Keluarga Mangatasi
Persoalan Lingkungan Hidup
Dalam Ensiklik Laudato Si BAB VI PENDIDIKAN
DAN SPIRITUALITAS EKOLOGIS No.202 “Banyak hal yang harus diarahkan kembali,
tetapi terutama umat manusia harus berubah. Yang dibutuhkan ialah kesadaran
pada asal kita bersama, pada rasa saling memiliki, dan pada masa depan yang
harus dibagi dengan semua makhluk. Kesadaran mendasar ini dapat memungkinkan
pengembangan keyakinan, sikap, dan bentuk kehidupan yang baru. Jadi kita
berhadapan dengan suatu tantangan budaya, spiritual dan pendidikan yang besar,
yang akan membutuhkan proses pembaruan yang panjang.” - Pada dasarnya harus ada
perubahan yang dilakukan terutama bagi keluarga-keluarga. Perubahan akan
kesadaran dan budaya yang selama ini salah kaprah yang mana manusia kurang
menghargai lingkungan hidupnya. Disinilah katekese bagi keluarga berperan
merubah kesadaran dan budaya salah selama ini.
Artikel selanjutnya No. 210 “Pendidikan lingkungan
setahap demi setahap telah memperluas targetnya. Jika pada awalnya sangat
terfokus pada informasi ilmiah, peningkatan kesadaran, dan pencegahan risiko
untuk lingkungan, sekarang pendidikan itu cenderung mencakup kritik terhadap
“mitos” modernitas (individualisme, kemajuan tanpa batas, persaingan, konsumerisme,
pasar tanpa aturan) yang didasarkan pada cara pikir utilitarian. Pendidikan itu
cenderung memperhatikan berbagai tingkat keseimbangan ekologis: di tingkat internal
dengan dirinya sendiri, di tingkat sosial dengan orang lainnya, di tingkat
alami dengan semua makhluk hidup, dan di tingkat spiritual dengan Allah.
Pendidikan lingkungan harus mempersiapkan kita melakukan lompatan ke “Misteri”
yang memberi etika lingkungan maknanya yang terdalam. Selain itu, para pendidik
harus mampu mengembangkan jalur-jalur pedagogis bagi etika ekologis, sehingga membantu
orang secara efektif bertumbuh dalam solidaritas, dalam tanggung jawab, dan
dalam perawatan penuh kasih.” – Setelah kesadaran akan tanggung jawabnya
sebagai manusia dalam setiap keluarga untuk untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan hidupnya, katekese memberikan pendidikan ekologis mengenai
lingkungan hidup. Pendidikan ini akan membuat keluarga-keluarga ikut berpikir
dan mendapat banyak ilmu mengenai lingkungan hidup yang telah mengalami
kerusakan selama ini. Mendapatkan pengetahuan secara ilmiah mengenai
dampak-dampak akibat budaya membuang yang selama ini menjadi kebiasaan
sehari-hari. Maka dengan pendidikan kesadaran akan mencapai kepenuhannya karena
pengatahuan yang didapat.
Setelah keluarga mencapai kesadaran penuh karena
pengetahuan maka selanjutnya adalah pertobatan, yakni pertobatan ekologis.
Katekese berperan mengajak setiap keluarga untuk bertobat dan tidak melakukan
budaya yang salah yang berdapak apada kerusakan lingkungan hidup. Pertobatan
ini adalah kelanjutan dari proses kesadaran dan pengetahuan yang mana
pertobatan adalah sebagai aksi nyata terhadap lingkungan hidup untuk merawat
dan melestarikannya, karena makhluk hidup tak hanya manusia namun ada hewan dan
tumbuhan yang juga tinggal dalam lingkungan hidup maka manusia juga harus menghargai
sesama ciptaan.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari
keseluruhan bahasan peran katekese bagi keluarga mengenai persoalan lingkungan hidup dapat disimpulkan bahwa
Gereja turut aktif ikut serta untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup
lewat katekese dan sasaran utamanya adalah keluarga, karena keluarga dipandang
sebagai persekutuan umat Allah yang paling kecil atau bisa disebut Gereja kecil
yang menjadi pondasi dalam Gereja. Katekese memberikan kesadaran dan pengetahuan
bagi keluarga akan pentingnya merawat dan melestarikan lingkungan hidup serta
mengajak setiap keluarga untuk bertobat, yakni sebuah pertobatan ekologis
sebagai kelanjutan akan kesadaran dan pengetahuan melalui aksi nyata merawat
dan melestarikan lingkungan hidup. Jika semua keluarga mulai mempraktekkan gaya
hidup yang baru untuk merawat dan melestarikan lingkungan hidup maka lingkungan
hidup akan terjaga dan kerusakan-kerusakan lingkungan hidup akan terhindarkan.
3.2. Refleksi
Saya
sebagai anak dalam anggota keluarga juga menyadari akan pentingnya menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup terlebih di rumah saya. Saya mengingat pengalaman
saya ketika masih SD dan SMP, waktu itu keluarga saya belum menyadari betul
artinya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Rumah saya berada dekat
pinggir sungai jadi saat itu sampah rumah tangga yang dihasilkan dibuang saja
ke sungai. Beberapa sampah lainnya di timbun saja di sungai dan hail ini
membuat lingkungan di sekitar rumah kami menjadi kotor. Namun ketika saya beranjak
SMA keluarga saya mulai menyadari akan menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup. Sejak saat itu ibu saya melarang saya membuang sampah di sungai dan di
sembarang tempat, sampah-sampah ini mulai dikumpulkan dan di bakar. Sampah
organic dan anorganik dipisahkan. Keluarga saya saat ini telah menjadi sadar
dan lewat pengetahuan akan kerusakan lingkungan hidup menjadikan kami bertobat
dan melakukan aksi nyata yakni membuang sampah pada tempatnya serta mengolah
sampah mana yang masih bisa diolah untuk dijadikan pupuk.
Lewat
pengalaman saya ini, saya menyadari bahwa Allah senantiasa hadir untuk
mengingatkan saya bahwa menjaga dan melestarikan lingkungan hidup itu penting.
Lewat pengalaman sederhana saja, ketika di jalan atau dimanapun saya berada
saat melihat sampah secara refleks saya mengambilnya dan membuangnya ke tempat
sampah. Saya menghayati pengalaman ini bahwa Allah menggerakkan saya untuk
menjaga lingkunngan tetap bersih. Saya bersyukur saya telah disadarkan dan
bertobat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Semoga saya
kedepannya terus mempraktekkan gaya hidup yang baik menghargai lingkungan hidup
saya.
DAFTAR PUSTAKA
Paus Fransiskus. LAUDATO SI (Terpujilah
Engkau). 2015. KWI: Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Katekese
(diakses tanggal 20 November 2017)
https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_hidup
(diakses tanggal 20 November 2017)
https://materiips.com/permasalahan-lingkungan-hidup
(diakses tanggal 20 November 2017)
Komentar
Posting Komentar